Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Add Innovel to the desktop to enjoy best novels.
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Your cookies settings
Strictly cookie settingsAlways Active
Gadis Daddy Yang Nakal
READING AGE 18+
Demi Dean
Steamy Stories
ABSTRACT
Peringatan: Hanya untuk usia 18+. Berisi hal-hal tabu yang ekstrem dan erotis dengan perbedaan usia yang jauh. Ini adalah kumpulan cerita erotis yang berisi dua belas kisah penuh gairah, kesenangan, dan cerita nakal yang menggoda. Jika kamu berusia di bawah delapan belas tahun, buku ini bukan untukmu.
Siap-siap untuk terpikat. Siap-siap untuk ikut merasakannya. Siap-siap untuk...berdosa.
------- Pandangan Tristan beralih ke mataku. Denyut nadiku berdetak kencang, menunggu tanggapannya dengan napas yang tertahan. Dia memanggilku gadis kecil dan aku memanggilnya Big Daddy.
Tapi kami belum pernah bermain permainan seperti ini. Apakah dia mau? Keinginanku itu datang tiba-tiba, aku tidak memikirkannya. Bagaimana jika dia menganggapku aneh? Tidak wajar?
"Yah..." dia menelan ludah. "Kau sudah sedikit terlalu besar untuk duduk di pangkuanku." Aku hampir terkesiap karena nafsu yang membanjiri diriku.
Apa ini? Mengapa rasanya seperti kami sudah sampai ke tahap ini sebelumnya? "Kenapa?" Aku cemberut. "Aku suka duduk di pangkuanmu." Tristan menarik kerah bajunya, bernapas dengan berat.
"Apakah kau merasakan... tonjolan keras di bawah tubuhmu, Sayang?"
Aku mengerutkan kening sambil berpikir, aku menggeliat, membuatnya mendesis seperti sedang mengumpat.
"I-Iya. Apa itu?"
"Itu penisku." Jari telunjuknya menelusuri lututku.
"Semakin lama kau duduk di pangkuanku, penisku semakin keras." Aku terkekeh lagi.
"Kenapa?"
"Ia tahu kau bisa membuatnya merasakan kenikmatan."
Dengan sangat perlahan, ia menarik rokku hingga pertengahan paha, meremas dengan kasar bagian pahaku yang sensitif.
"Dengan berbagai cara."